Tahukah Anda Amalan Apa yang Bisa Mengantar Menuju Syurga?
Oleh: Dian Kencana
Bismillah…
Teringat dengan percakapanku dengan beberapa teman di dalam sebuah forum diskusi tapi santai beberapa waktu yang lalu. Di sana, dengan begitu terbatanya mulutku menjelaskan jawaban berdasar apa yang aku pahami mengenai cara-cara yang bisa ditempuh oleh seorang muslim menuju syurga. Namun sayang, akalku tak bisa berfungsi dengan maximal karena dilanda virus grogi. T.T
Keesokan harinya, ketika aku berada di dalam “sarangku” sendirian, pertanyaan dari temanku itu pun kembali terulang dalam rekamanan memoriku. Lalu mencoba kembali menjawab pertanyaan itu untuk diriku sendiri dan akhirnya cukup membuatku puas dengan jawabanku itu (sempet juga mikir, kenapa aku nggak bisa lancar ngomongnya kemarin pas sama mereka? Nyesel dah!).
Kembali ku ulangi pertanyaan itu dan sejenak aku berpikir. Amalan apa saja yang bisa mengantarkan seorang muslim menuju syurga Allah.
Dari apa yang aku pahami selama ini dari ilmu yang sudah aku dapat (mohon maaf kalo nanti ternyata ada yang kurang dan/atau salah), amalan pertama yang bisa membuat seorang manusia masuk syurga adalah kalimat syahadat. Baru setelah dia melafalkan kalimat syahadat itu dengan niatan ingin menjadi seorang muslim, maka empat rukun Islam setelah syahadat mengantrie untuk dikerjakan olehnya (sesuai dengan sebuah hadits yang aku sendiri lupa bagaimana lafalnya. Maaf ya?).
Lalu apa itu saja cukup? Awalnya aku berpikir itu cukup (karena pas di forum aku cuman bisa ngasih penjelasan itu doing, saking deg-degannya diriku. Ckckck…). Tapi setelah aku “menyantaikan” pikiranku, kembali berpikir… aku mendapat penjelasan lain.
Aku menyakini, kalau tiap muslim itu bisa menempati posisi apa saja (secara umum dan bukan untuk posisi yang menuntut keahlian). Maksudnya adalah ketika dia menjadi berposisi menjadi seorang muslim, maka dia “cukup” mengamalkan lima rukun Islam itu saja (tapi dengan catatan tidak asal menjalankan. Namun juga memahami apa hakekat yang terkandung dari adanya printah-perintah yang demikian lalu juga menjalankannya dengan continue). Itu tadi urusan pertama atau gerbang awal baginya.
Selain itu, dia juga bisa menempati posisi sebagai anak bagi orangtuanya. Dengan dia berbakti pada ibu-bapaknya semata-mata karena mengharap kasih sayang Allah juga cintanya pada kedua orangtuanya, maka itu pun sudah “cukup” mengantarkannya ke depan pintu syurga.
Terus… posisi menjadi seorang manusia yang hidup bermasyarakat. Dengan dia melakukan perniagaan dengan penuh kejujuran, lalu ramah pada orang lain –menebarkan salam, bertukar senyum, saling mengunjungi, , dll-, melakukan syi’ar Islam –menyeru pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar-, menyantuni fakir, miskin, dan anak-anak yatim (piatu), dan juga amalan-amalan lain dalam kehidupan social, aku pikir itu sudah “cukup” baginya untuk sampai di syurga.
Hmm… terus lagi (sesekali belok, biar nggak nabrak boleh dong. Hehehe… ^^v), bagi yang sudah menikah dan menjadi seorang istri. Maka dengan dia senantiasa berbuat taat pada suaminya –selama bukan dalam rangka bermaksiat pada Allah-, lalu menjaga diri dan harta suaminya ketika sang suami tidak ada di rumah, (apa lagi, ya?) melayani suaminya dengan hati ikhlas karena Allah (dll)... itu juga sudah ”cukup” untuk mengantarkan si istri masuk ke syurga lewat pintu mana saja yang dia kehendaki.
Terus buat yang suami? Waaah... maaf ya, saudara-saudaraku. Berhubung aku bukan laki-laki, jadi aku tidak begitu paham hal apa saja yang bisa membuat seorang suami melenggang menuju syurga Allah. Yang aku tau sih, cuman ketika dia memberi nafkah pada istrinya dengan uang halal thayban (dapet istilahnya dari kuliah kemarin. ^^v) dan ikhlas... itu udah kecatet jadi amalan perbuatan yang baik, insya Allah... Yang lain? Maaf, untuk saat ini aku belum tahu.
Apa lagi ya??? Jadi orangtua... mendidik anak-anaknya dengan Islam, bersabar dengan kesulitan yang dialami ketika membesarkan anak-anaknya (duuuh... jadi ingat ibuku di rumah. Hiks... hiks... nyadar diri, betapa susahnya diriku ini diatur. -_~), memelihara dan mencukupi kebutuhan hidup anak-anaknya hingga mereka dewasa (lho? Kenapa hukum perdata jadi dibawa-bawa?). hmm... kayaknya cuman itu deh, yang saat ini aku tahu.
Waaah... udah mentok jawabanku ternyata! Berarti udah sampai diri aja penjelasanku yang cuman bisa aku batin (soalnya temenku itu nggak aku add jafi temen di FB. Sengaja!).
Untuk kurang-lebihnya, mohon maaf. Yang nulis ini masih perlu banyak sekali belajar Islam lebih dalam lagi. Jadi mohon doanya, ya? Moga ilmuku barakah dan bisa nganterin aku masuk syurganya Allah... gabung sama Rasulullah dan para shahabat-shahabiyah. Allahumma amin...
Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Berkunjung DI BLOG TAKMIR MASJID AL-AZHAR Fakultas Hukum UII